Jakarta SinarUpdate.com — Presiden Prabowo Subianto telah memerintahkan Tentara Nasional Indonesia (TNI) untuk menyiapkan pasukan perdamaian hingga 20.000 prajurit jika mandat dari PBB disetujui, sebagai bentuk kontribusi Indonesia dalam upaya stabilisasi di Gaza, Palestina.
Prabowo menyampaikan kesiapannya saat pidato di Sidang Umum PBB ke-80 di New York. Bahwa Indonesia siap mengirim “20.000 atau bahkan lebih” pasukan jika Dewan Keamanan dan Majelis Umum PBB memberikan mandat.
- Menurut Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi, persiapan pasukan TNI ini juga terkait. Dengan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) perdamaian Gaza yang digelar di Mesir.
- Prabowo menyatakan bahwa Indonesia telah menjadi salah satu kontributor terbesar pasukan penjaga perdamaian PBB, dan siap mengambil peran nyata dalam menjaga perdamaian global.
Bagaimana Respons Indonesia?
- Dalam rapat terbatas di kediamannya, Prabowo memberi arahan langsung kepada Wakil Panglima TNI, Jenderal Tandyo Budi Revita, agar pasukan segera persiapkan.
- Namun, pengiriman ini belum final pelaksanaannya tergantung pada hasil KTT di Mesir dan apakah PBB menyetujui misi tersebut.
- Selain Gaza, Prabowo juga menyebut Indonesia bisa mengirim pasukan penjaga perdamaian ke wilayah konflik lain, seperti Ukraina, Sudan, dan Libya, jika perlukan.
Makna dan Tantangan
- Langkah ini menunjukkan ambisi diplomatik Indonesia untuk menjadi pemain aktif dalam upaya perdamaian internasional. Tidak hanya melalui bantuan kemanusiaan, tetapi juga kontribusi militer dalam misi perdamaian.
- Namun, tantangan logistik, politik, serta persetujuan PBB bukan hal yang mudah. Apalagi, mengirim ribuan prajurit ke medan konflik selalu membawa risiko besar.
- Di dalam negeri pun, keputusan ini bisa menuai pro dan kontra: sebagian mendukung upaya Indonesia untuk memperkuat solidaritas. Dengan Palestina, sementara yang lain khawatir akan implikasi militer dan diplomatik.
Perintah Prabowo kepada TNI untuk siap mengirim 20.000 prajurit ke Gaza adalah langkah besar dan berani dalam diplomasi perdamaian Indonesia. Bila terealisasi, ini akan menjadi salah satu kontribusi militer terpenting Indonesia dalam misi penjaga perdamaian PBB. Namun, semua tergantung pada hasil KTT di Mesir dan persetujuan PBB.





