Tangerang Selatan, SinarUpdate.com — Tangisan dan duka menyelimuti lingkungan rumah duka di Ciater, Tangerang Selatan, saat pemakaman Muhammad Hisyam (13), siswa SMPN 19 Tangsel yang meninggal dunia setelah menjadi korban dugaan bullying di sekolahnya. Kepergian sang remaja muda ini meninggalkan kesedihan mendalam bagi keluarga, teman, dan warga sekitar.
Keharuan Keluarga dan Warga Sekitar
Pada Minggu pagi, prosesi pemakaman berlangsung di TPU Keluarga, Ciater. Sejumlah kerabat, tetangga, dan teman sekolah berkumpul untuk melepas kepergian Hisyam. Tangis pecah saat peti turunkan, diiringi doa dan harapan agar almarhum mendapatkan tempat terbaik.
Sepupunya, Rizky Fauzi, mengenang betapa penuh perjuangan Hisyam dalam beberapa pekan terakhir. “Dia selalu ceria, suka bercanda, tapi kini dia pergi terlalu cepat,” ujarnya sambil menahan air mata.
Wakil Wali Kota Tangsel, Pilar Saga Ichsan, turut hadir dan menyampaikan belasungkawa secara resmi. Ia menegaskan bahwa pemerintah kota akan terus mendampingi keluarga dan mengevaluasi penanganan kasus perundungan di sekolah.
Kronologi Tragis
Kejadian bermula pada 20 Oktober 2025, ketika Hisyam duga pukul di kepala menggunakan kursi besi oleh teman sekelasnya.
Setelah insiden itu, kondisi fisiknya memburuk. Menurut kakak sepupu, Hisyam menjadi sangat lemas, penglihatannya terganggu, sering pingsan, dan kehilangan nafsu makan.
Ia sempat dirawat di rumah sakit swasta di Tangsel sebelum dipindahkan ke RS Fatmawati, Jakarta Selatan. Di rumah sakit, kondisinya semakin kritis. Selama seminggu, ia bahkan sempat koma di ICU sebelum akhirnya mengembuskan napas terakhir pada pagi hari pemakaman.
Reaksi Publik dan Seruan Keadilan
Kematian Hisyam memicu gelombang simpati dan keprihatinan yang meluas. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), misalnya, mendesak agar kasus ini diproses secara hukum, mengingat dugaan kekerasan berat yang menyebabkan luka fisik dan trauma psikologis pada korban.
Sementara itu, pihak keluarga mempertanyakan tanggung jawab pelaku dan sekolah. Menurut keluarganya, semula ada janji dari pihak terduga pelaku untuk menanggung biaya pengobatan Hisyam hingga sembuh tetapi komitmen itu kemudian putus.
Pemerintah Kota Tangsel sudah menjanjikan pendampingan penuh. Dinas Kesehatan terus memantau kondisi korban selama perawatan, dan Dinas Pendidikan tengah mengevaluasi kebijakan anti-bullying di sekolah-sekolah.
Kenangan Tangis dan Pesan Harapan
Di tengah suasana pilu, banyak orang tak berhenti merenung: bagaimana bisa seorang anak polos seperti Hisyam mengalami perlakuan seperti itu di lingkungan yang seharusnya menjadi tempat aman? Warga sekitar mengaku terkejut dan sedih, sambil berharap insiden serupa tak terulang.
Doa-doa mengalir dari orang tua, keluarga, dan teman-teman: semoga rumah duka menjadi tempat peristirahatan yang damai, dan semoga pihak sekolah serta pemerintah benar-benar mengambil pelajaran dari tragedi ini.
Keluarga juga menyerukan agar kasus ini menjadi wake-up call serius bagi sekolah-sekolah dan masyarakat: bullying bukan sekadar “kenakalan remaja”, tetapi bisa membawa dampak tragis yang nyata.
Pesan untuk Masa Depan
Kisah Hisyam menjadi pengingat keras akan pentingnya antisipasi perundungan di sekolah. Beberapa poin penting:
- Penguatan Satgas Anti-Bullying di Sekolah
Sekolah perlu membentuk tim khusus yang terdiri dari guru, siswa, dan orang tua untuk mendeteksi dan merespons tindakan bullying sejak dini. - Pendidikan Empati dan Kesadaran Psikologis
Materi pengenalan lingkungan sekolah dan pendidikan karakter harus memasukkan pemahaman tentang efek psikologis perundungan. - Proses Hukum Bila Perlu
Jika terjadi kekerasan fisik, proses hukum harus terbuka agar pelaku memahami konsekuensi perbuatannya, dan agar korban memiliki perlindungan serta keadilan. - Dukungan Psikososial Korban
Korban bullying yang mengalami trauma fisik maupun mental harus mendapat pendampingan psikologis jangka panjang, bukan hanya perawatan medis akut.
Pemakaman Hisyam tidak sekadar momen duka keluarga, tetapi juga refleksi publik: sebuah tragedi yang mengingatkan bahwa bullying bisa menghancurkan nyawa. Suara isak tangis di liang lahat menjadi panggilan bagi semua pihak untuk lebih waspada. Lebih peduli, dan lebih bertindak agar sekolah menjadi tempat yang aman, bukan sumber trauma.





